Psikologi Perkembangan II : Masa Remaja Awal



BAB I
PENDAHULUAN

 1.1  Latar Belakang
Setelah melalui masa kanak – kanak, seseorang akan melalui masa transisi sebelum mencapai kedewasaan yaitu masa remaja. Masa remaja ( adolescence ) adalah masa perkembangan yang merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa.
Seperti pada perkembangan anak-anak, factor-faktor genetic, biologis dan lingkungan memengaruhi perkembangan pada tahap remaja. Pada masa ini remaja akan mengalami berbagai macam peristiwa/pengalaman bersama orang tua, teman sebaya, dan orang dewasa, tetapi pada tahap remaja ini mereka juga akan mengalami perubahan biologis atau  fisik , mengalami berbagai macam pengalaman baru, dan hal-hal yang harus mereka hadapi dalam masa perkembangan ini. Hubungan remaja dan orang tua pada masa ini akan mengalami suatu hal yang berbeda, munculnya perasaan yang berbeda dengan teman sebaya, adanya ketertarikan dengan lawan jenis, mengalami explorasi sexual dan mempunyai pemikiran yang lebih idealis dan abstrak.
Perkembangan remaja juga dipengaruhi oleh perbedaan etnik, budaya, lingkungan social, jenis kelamin, dan gaya hidup. Perbedaan para remaja dapat ditentukan melalui lingkungan yang mereka tempati. Remaja sekarang mengalami masa yang sangat kompleks dimana mereka sangat bergantung pada gaya hidup dan banyak lagi factor yang mempengaruhi perkembangan masa remaja.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan masa remaja ?
2.      Apa saja perkembangan fisik yang dialami pada masa remaja awal ?
3.      Apa saja perkembangan kognitif yang terjadi pada masa remaja awal?
4.      Apa saja perkembangan sosio-emosional yang dialami pada masa remaja awal?

      1.3 Tujuan
1.      Untuk menjelaskan pengertian masa remaja
2.      Untuk mengetahui apa saja perkembangan fisik yang terjadi pada masa remaja awal
3.      Untuk mengetahui apa saja perkembangan kognitif yang terjadi pada masa remaja awal
4.      Untuk mengetahui perkembangan sosio-emosional yang dialami pada masa remaja awal


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Masa Remaja
Dalam proses perkembangan, sebelum menuju kedewasaan seorang anak akan melalui masa peralihan yaitu masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang mengandung perubahan fisik, kognitif dan psikososial. Secara umum, masa remaja dimulai dengan pubertas, yaitu proses kematangan seksual dan bereproduksi. Masa remaja dimulai pada usia  11 atau 12 sampai masa remaja akhir atau masa menuju dewasa awal dan amasa tersebut membawa perubahan besar yang saling berkaitan dengan seluruh proses perkembangan (Papalia & et al, 2011).
Proses masa kanak-kanak menuju masa remaja tidak terdapat batas yang jelas, namun akan muncul suatu gejala yang tiba-tiba dalam permulaan masa remaja, yaitu gejala timbulnya seksualitas, sehingga permulaan masa remaja ini disebut juga sebagai pubertas. Dalam perkembangan maka kejadian dalam fisik seseorang ini begitu penting hingga perlu diperhatikan secara khusus dalam hubungan dengan keseluruhan proses fisik dan fisiologis, serta pengaruhnya terhadap perkembangan psiko-sosialnya (Monks & Knoers, 2014).
Sebelum abad kedua puluh, istilah masa remaja sebagai masa transisi antara masa kanak-kanak menuju dewasa belum dikenal. Masyarakat barat dulu hanya mengaggap seorang anak dapat dikatakan dewasa apabila ia telah matang secara fisik dan mulai bekerja magang. Pada saat abad ke 18 barulah masa remaja dipandang sebagai periode dimana seseorang melepas masa kanak-kanak. Ausabel (1965) berpendapat bahwa status orang dewasa disebut sebagai status primer, artinya status itu diperoleh berdasarkan kemampuan dan usaha sendiri. Status anak adalah status yang diperoleh (derived), artinya tergantung daripada apa yang diberikan oleh orang tua dan masyarakat.  Remaja berada pada status interim sebagai akibat daripada posisi yang sebagian diberikan oleh orang tua dan sebagian diperoleh melalui usaha sendiri yang selanjutnya memberikan prestise tertentu pada dirinya. Status interim ini berhubungan dengan masa peralihan yang timbul sesudah terjadinya pematangan seksual (pubertas). Masa peralihan tersebut diperlukan untuk mempelajari apakah remaja mampu mempertanggung jawabkan perilakunya di masa dewasa. Biasanya apabila remaja hidup di zaman masyarakat yang semakin maju, semakin berat pula tugas remaja untuk mempelajari tanggung  jawabnya (Monks & Knoers, 2014).
Remaja saat ini menghadapi bahaya yang lebih besar daripada remaja generasi sebelumnya. Semakin berkembangnya zaman membuat remaja semakin bergantung pada gaya hidup dan banyak factor yang mendorong mereka cenderung melakukan perilaku beresiko seperti kehamilan dan kelahiran dini, mabuk-mabukan, penyalahgunaan obat terlarang, aktivitas seksual dan gangster dan perilaku beresiko lainnya. Perilaku beresiko ini dapat menghilangkan kesempatan remaja untuk melewati masa remajanya dalam kondisi sehat fisik dan mental. Itulah mengapa remaja perlu dibimbing dan sangat diperhatikan dalam perjalanannya menuju kedewasaan (Papalia & et al, 2011).

2.2  Perkembangan Fisik pada Masa Remaja Awal

2.2.1 Pra-Pubertas
Secara umum, perkembangan masa remaja diawali dengan pubertas. Tetapi ada beberapa buku yang menjelaskan sebelum memasuki masa pubertas remaja akan mengalami masa pra-pubertas. Pra-pubertas adalah periode yang terjadi sekitar kurang lebih 2 tahun sebelum terjadinya pemasakan seksual yang seseungguhnya tetapi sudah terjadi perkembangan fisiologis yang berhubungan dengan pemasakan beberapa kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin adalah kelenjar yang tersalur di dalam saluran darah. Zat-zat yang dikeluarkan disebut hormone. Hormone-hormon yang dihasilkan akan memberikan stimulasi pada badan seorang anak, sehingga anak akan merasakan rangsangan hormonal tertentu yang menyebabkan suatu rasa tidak tenang, suatu rasa yang belum pernah dialami sebelumnya, tidak dimengertinya dan mengakhiri tahun kanak-kanak nya yang menyenangkan (Monks & Knoers, 2014).

2.2.2 Pubertas
Masa pubertas tidak sama dengan masa remaja, tetapi pubertas merupakan penanda seseorang memasuki masa remaja. Bagi sebagian dari kita, masa puberatas lebih dulu berakhir daripada masa remaja. Pubertas (puberty) ialah suatu periode di mana kematangan kerangka dan seksual terjadi secara pesat terutama pada awal masa remaja yang terjadi secara berangsur-angsur (gradual). Perubahan yang paling jelas dalam masa pubertas adalah tanda pematangan sexual dan pertumbuhan tinggi dan berat badan (Santrock, 2010).
·         Pematangan Sexual, Pertumbuhan Tinggi dan Berat Badan
Masa pubertas yang dialami oleh laki-laki dimulai dengan penambahan ukuran penis dan testis, munculnya rambut-rambut halus disekitar kemaluan, suara mulai sedikit berat, terjadinya mimpi basah, perubahan tinggi dan berat badan yang drastic, tumbuhnya bulu ketiak, perubahan suara yang semakin berat, dan terakhir tumbuhnya rambut-rambut di sekitar area wajah (Santrock, 2010).
Masa pubertas yang dialami oleh perempuan dimulai dengan bertambahnya ukuran payudara dan munculnya rambut halus disekitar kemaluan. Setelah itu mulailah tumbuhnya bulu-bulu ketiak. Seiring berjalannya perubahan, terjadi penambahan ukuran pada tinggi badan dan pinggang yang semakin melebar melebihi lebar bahu perempuan. Menstruasi yang dialami perempuan terjadi pada akhir masa pubertas. Biasanya siklus awal menstruasi yang dialami tidak stabil. Pada tahun pertama menstruasi, beberapa remaja perempuan tidak berovulasi pada siklus menstruasinya. Tidak ada perubahan suara seperti yang terjadi pada masa pubertas laki-laki. Pada akhir masa pubertas, payudara remaja perempuan akan tumbuh semakin besar (Santrock, 2010).
Pada masa awal pubertas, biasanya berat badan dan tinggi perempuan akan melebihi laki-laki, tetapi pada umur 14 tahun berat badan dan tinggi laki-laki akan melebihi perempuan. Karena perempuan mengalami ledakan pertumbuhan masa remaja yaitu peningkatan pesat pada tinggi dan berat lebih dahulu daripada laki-laki. Pertumbuhan pada perempuan terjadi 2 tahun lebih cepat daripada laki-laki dan setelah masa ini berakhir maka anak tersebut akan mencapai tahap kematangan seksual. Umur rata-rata terjadinya ledakan pertumbuhan pada perempuan adalah umur 9 tahun sementara pada laki-laki pada umur 11 tahun (Papalia & et al, 2011).
·         Perubahan Hormon
Dibalik dari pertumbuhan kumis pada laki-laki dan melebarnya pinggul pada perempuan ada suatu zat yang mempengaruhi pertumbuhan tersebut yaitu hormone. Hormon adalah suatu zat kimia yang di sekresi oleh kelenjar endokrin dan disalurkan ke seluruh tubuh melalui aliran darah (Santrock, 2010).
Ada beberapa hormone yang meningkat drastic pada saat masa pubertas. Salah satunya hormone testosterone yaitu suatu hormone yang berkaitan dengan perkembangan alat kelamin, pertambahan tinggi, perubahan suara pada laki-laki dan hormone estradiol yaitu hormone yang berkaitan dengan perkembangan payudara, Rahim, dan kerangka pada anak-anak perempuan. Dalam suatu penelitian, selama masa pubertas, tingkat testosterone meningkat delapan kali lipat pada anak laki-laki tetapi hanya dua kali lipat pada anak-anak perempuan. Sedangkan tingkat hormone estradiol meningkat delapan kali lipat pada anak perempuan tetapi hanya dua kali lipat pada anak laki-laki (Santrock, 2010).
·         Citra Tubuh
Perubahan yang terjadi pada masa pubertas menimbulkan dampak psikologis yang tidak diinginkan. Umumnya remaja sangat memperhatikan penampilan mereka ketimbang aspek lainnya dalam diri mereka, dan kebanyakan dari mereka merasa ridak puas dengan diri mereka. Perbedaan jenis kelamin membuat persepsi remaja mengenai tubuh mereka berbeda. Remaja perempuan memiliki perasaan tidak suka yang lebih tinggi daripada remaja laki-laki. Remaja perempuan cenderung mengaggap diri mereka terlalu gemuk dan citra negative tubuh dapat mengarah kepada masalah makanan. Sedangkan remaja laki-laki merasa puas dengan tubuh mereka karena bertambahnya massa otot pada tubuh mereka saat pubertas. Biasanya perhatian terhadap citra tubuh ini berkaitan dengan daya tarik seksual dengan lawan jenis (Papalia & et al, 2011).
·         Proses Kematangan Remaja
Pada proses pertumbuhan fisik remaja pada masa pubertas dapat dibagi menjadi dua karakteristik yaitu karakteristik seks primer dan sekunder.
Karakteristik seks primer adalah organ yang dibutuhkan untuk reproduksi. Pada remaja perempuan organ reproduksi adalah indung telur (ovaries), tuba falopi, uterus, dan vagina. Sedangkan pada remaja laki-laki adalah testis, penis, skrotum (kantong kemaluan), gelembung sperma ( seminal vesicle), dan kelenjar prostat. Sepanjang masa pubertas, organ ini akan membesar dan mencapai kematangannya. Pada remaja laki-laki, pertumbuhan karakteristik seks utama adalah pertumbuhan testis dan skrotum, sedangkan pada remaja perempuan pertumbuhannya tidak terlihat karena organ ini bersifat internal (Papalia & et al, 2011).
Karakteristik seks sekunder adalah kematangan seksual yang tidak berkaitan langsung dengan organ genital atau organ seks. Tanda awal remaja perempuan mengalami perumbuhan seks sekunder adalah pertumbuhan payudara. Putingnya membesar dan menonjol keluar, arolae ( daerah terpigmen yang mengelilingi putting) membesar, dan payudara akan berbentuk kerucut dan kemudian menjadi membulat. Sebagian remaja laki-laki juga mengalami pembesaran payudara sementara yang kemudian akan menghilang dalam delapan belas bulan. Selanjutnya adalah suara menjadi lebih dalam dan tumbuhnya rambut pubic, yang pada mulanya tumbuh halus dan lurus, menjadi kasar, gelap, dan melingkar (Papalia & et al, 2011).
Pada puncak kematangan seksual, remaja laki-laki sudah mulai memproduksi sprema dan mengalami mimpi basah yaitu ejakulasi semen yang tidak disengaja. Pada remaja perempuan puncak kematangan seksual ditandai dengan menstruasi yaitu pelepasaan jaringan dari dinding Rahim (Papalia & et al, 2011).
Beberapa remaja dapat mengalami waktu kematangan yang berbeda, bisa jadi lebih cepat atau lebih lambat. Dalam California Longitudinal Study, remaja laki-laki yang lebih cepat matang akan memahami diri mereka lebih positif dan lebih mudah menjalin hubungan dengan teman-teman sebaya daripada remaja laki-laki yang terlambat matang. Akan tetapi ketika remaja laki-laki yang terlambat matang berada pada usia 30-an tahun, mereka cenderung mengembangkan suatu rasa identitas yang lebih kuat daripada remaja laki-laki yang lebih cepat matang. Hal ini dapat terjadi karena remaja laki-laki yang terlambat matang memiliki lebih banyak waktu untuk menggali pilihan hidup mereka atau karena remaja laki-laki yang cepat matang terlalu memfokuskan diri mereka pada status fisik mereka yang mengutungkan daripada perkembangan karir dan prestasi mereka (Papalia & et al, 2011).
Pada remaja perempuan yang lebih cepat matang cenderung lebih pendek dan gemuk, sementara remaja perempuan yang terlambat matang cenderung lebih tinggi dan lebih kurus. Remaja perempuan yang terlambat matang pada akhir masa remaja akan memiliki tubuh yang mendekati kecantikan ideal perempuan saat ini yaitu tinggi dan kurus (Papalia & et al, 2011).
·         Perubahan pada Otak
Menggunakan fMRI brain scans, ilmuwan telah menemukan bahwa otak anak remaja mengalami perubahan stuktural yang signifikan. Jembatan yang menghubungkan antara otak kiri dan kanan, corpus callosum, mengalami penebalan di masa remaja dan ini menyebabkan meningkatnya kemampuan anak remaja untuk memproses suatu informasi. Banyak perubahan pada otak anak remaja pada perkembangan social yang melibatkan perkembangan, otak, dan proses sosio-emosional (Santrock, 2010).

2.3  Perkembangan Kognitif pada Masa Remaja Awal

2.3.1 Teori Piaget
Piaget mengatakan bahwa sekitar umur 7 tahun, seorang anak akan memasuki tahap operasional konkrit. Seorang anak akan dapat berpikir menggunakan logika mereka mengenai suatu peristiwa atau objek dan mereka sudah dapat mengidentifikasi mengenai suatu objek dan mengklasifikasikannya. Sekitar umur 11 tahun, seorang anak akan memasuki tahap akhir dalam perkembangan kognitifnya, yaitu tahap pemikiran operasional formal (Santrock, 2010).
·         Tahap Pemikiran Operasional Formal
Tahap pemikiran operasional formal ini berlangsung antara umur 11 hingga 15 tahun. Pada tahap pemikiran ini seorang remaja akan mengembangkan kemampuan berpikir abstrak. Remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman konkret actual nya sebagai dasar pemikiran dan pemikiran mereka tidak lagi terbatas. Mereka dapat memikirkan suatu khayalan, berspekulasi, dan penalaran yang sangat abstrak. Selain berpikir abstrak, pemikiran remaja juga idelalistis. Remaja mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri dan orang lain dan juga mulai membandingkan diri mereka dengan orang lain dengan standar ideal yang telah mereka buat. Selama masa ini pemikiran sering berupa fantasi yang mengarah ke masa depan (Santrock, 2010).
Walaupun remaja berpikir secara abstrak dan idealis, remaja juga berpikir secara logis dimana mereka sudah mulai berpikir bagaimana cara menyusun suatu rencana untuk memecahkan masalah dan menguji pemecahan masalah itu secara sistematis. Tipe pemecahan masalah ini disebut sebagai penalaran deduktif hipotesis. Penalaran Deduktif Hipotesis ( Hypothetical-deductive reasoning) merupakan suatu konsep operasional formal piaget yang menyatakan bahwa remaja memiliki kemampuan kognitif untuk mengembangkan hipotesis, atau dugaan terbaik, mengenai cara pemecahan masalah, seperti persamaan aljabar. Kemudian mereka menarik kesimpulan secara sistematis, atau menyimpulkan pola mana yang harus diterapkan dalam suatu masalah (Santrock, 2010).
·         Mengevaluasi Teori Piaget
Teori Piaget memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap psikologi perkembangan. Teori tersebut memberi orang tua dan guru acuan tentang apa yang mereka harapkan pada setiap tingkatan usia dan telah membantu para pengajar mendesain kurikulum yang sesuai dengan level perkembangan anak. Tetapi pada saat yang sama, Piaget menilai terlalu tinggi sebagian kemampuan anak yang berusia lebih tua. Dalam teori nya, hanya sedikit perhatiannya yang ditujukan mengenai perbedaan individual, variasi kinerja anak dalam beberapa jenis tugas, atau terhadap pengaruh social dan kultural. Piaget gagal mempertimbangkan secara layak akumulasi gradual pengetahuan dan keterampilan dalam bidang tertentu dan peran metakognisi, kesadaran, dan monitoring proses mental dan strategis seseorang (Papalia & et al, 2011).

2.3.2 Egosentrisme Remaja
Egosentrisme remaja merupakan meningkatnya kepercayaan diri pada remaja. David Elkind (1976) menunjukkan bahwa egosentrisme remaja terbagi menjadi dua bagian yaitu penonton khayalan dan dongeng pribadi. Penonton khayalan merupakan suatu keyakinan remaja bahwa orang lain memperhatikan dirinya atau perilaku yang cenderung mengundang perhatian umum yang terjadi pada masa remaja menunjukkan egosentrisme. Sedangkan dongeng pribadi merupakan bagian dari egosentrisme remaja yang meliputi perasaan unik seorang anak remaja. Rasa unik pribadi remaja membuat mereka merasa bahwa tidak seorang pun mengerti bagaiman perasaan mereka sebenarnya (Santrock, 2010).
Menurut Elkind, ada empat ciri utama dari Egosentrisme remaja, yaitu :
  •  Imaginary Audience, remaja bertindak seakan-akan mereka menjadi pusat perhatian dari setiap orang dan mereka merasa bahwa setiap orang selalu memperhatikan mereka.
  •  Personal Fabel, remaja merasa bahwa tidak ada seorang pun yang memiliki masalah dan mengerti apa yang sedang ia rasakan
  •  Hypocrisy, remaja merasa bahwa menyalin pekerjaan orang adalah hal yang biasa, tetapi kita seorang guru keluar untuk menjawab sebuah telepon di mata remaja itu merupakan suatu tindakan yang tidak bertanggung jawab.
  •  Pseudostupidity, Elkind percaya bahwa terkadang remaja menggunakan logika yang terlalu sederhana dan gagal dalam memikirkan hal jangka panjang (Lahey, 2012).


2.3.3 Memproses Informasi
·         Pengambilan Keputusan
Masa remaja adalah masa dimana seorang anak akan mengalami peningkatan dalam hal pengambilan keputusan. Transisi dalam pengambilan keputusan ini muncul sekitar usia 11 hingga 12 tahun dan pada usia 15 hingga 16 tahun. Remaja yang lebih tua dianggap lebih kompeten dalam mengambil keputusan daripada remaja yang lebih muda. Akan tetapi walaupun begitu, terkadang pengambilan keputusan oleh remaja yang lebih tua masih jauh dari kata sempurna. Factor yang paling penting dalam  kemampuan pengambilan keputusan ini adalah seberapa luasnya pengalaman yang telah kita alami. Salah satu strategi untuk meningkatkan pengambilan keputusan remaja tentang pilihan-pilihan dunia nyata adalah dengan mengembangkan lebih banyak peluang bagi remaja untuk terlibat dalam suatu permainan peran dan pemecahan masalah kelompok yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari (Santrock, 2010).
·         Berpikir Kritis
Masa remaja merupakan masa yang sangat berpengaruh dalam perkembangan berpikir secara kritis. Jika kemampuan fundamental seperti literasi dan kemampuan menghitung tidak dikembangkan sejak kecil, pada saat remaja anak tersebut tidak akan memiliki kemampuan berpikir kritis yang matang. Bagi beberapa remaja lainnya, perubahan kognitif yang dapat meningkatakan kemampuan berpikir pada masa remaja yaitu meningkatkan kecepatan dan kapasitas dalam memproses informasi, mempelajai lebih banyak pengetahuan yang bervariasi, meningkatkan kemampuan untuk mengkombinasikan pengetahuan dan memperluas kemampuan dalam menggunakan strategi atau prosedur dalam mengaplikasikan pengetahuan (Santrock, 2010).

2.4  Perkembangan Sosio-Emosional pada Masa Remaja Awal

Remaja juga menunjukkan perubahan pada hubungan social mereka. Masa remaja adalah masa dimana para remaja sering berpergian dan terkadang memisahkan diri dari keluarga mereka. Permulaan masa pubertas secara khusus membawa jarak dari orang tua. Di masa remaja inilah terjadinya pergeseran orientasi antara orang tua dan teman sebaya dimana remaja sebaya adalah hal yang paling penting dalam kehidupan remaja dan menyebabkan remaja cenderung lebih menghabiskan banyak waktu dengan teman sebayanya daripada orang tua mereka sendiri (Lahey, 2012).
Perkembangan emosi pada remaja telah dilakukan penelitian yang menunjukkan bahwa sekitar 80% remaja relative bahagia dan menyesuaikan diri dengan baik. Tetapi ada tiga area permasalahan remaja yang lebih besar daripada orang tua dan anak-anak, yaitu :
a.       Konflik Orang Tua-Anak
Konflik orang tua dan anak meningkat selama masa remaja awal tetapi secara umum akan menurun pada masa remaja akhir. Konflik-konflik ini biasanya berkaitan dengan kehidupan sehari-hari remaja dan umumnya juga mengenai remaja dan teman sebayanya.
b.      Perubahaan Suasana Hati (Mood Changes)
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa remaja mengalami lebih banyak perubahan suasana hati maupun itu positif atau negative. Dibandingkan dengan anak-anak dan orang dewasa, remaja juga jauh lebih mungkin untuk merasa kurang percaya diri, malu, canggung, kesepian, gugup dan merasa terasingkan.
c.       Perilaku Beresiko
Selama masa remaja, remaja cenderung melakukan perilaku beresiko. Hal ini ditunjukkan adanya peningkatan tajam dalam jumlah perilaku yang membuat anak terancam bahaya, salah satu contoh perilakunya seperti mabuk dan penggunaan obat-obatan terlarang dan lainnya. Perilaku beresiko ini dapat terjadi karena berbagai macam alasan. Perubahan otak, peningkatan hormone seks, peningkatan stress social, dan konflik otonomi selama periode transisi ini merupakan factor yang terlibat dalam pembentukan perilaku beresiko (Lahey, 2012).
Perkembangan sosio-emosional remaja dapat berhubungan dengan banyak hal yaitu mulai dari diri sendiri, hubungannya dengan orang tua hingga teman sebayanya.

2.4.1 Diri Sendiri, Identitas dan Perkembangan Spritual
·         Diri Sendiri ( The Self)
Beberapa peneliti menemukan bahwa kepercayaan diri remaja pada awal masa remaja cenderung menurun, baik pada remaja perempuan maupun laki-laki, tetapi kepercayaan diri tersebut lebih mengalami penurunn pada perempuan. Peneliti lainnya menganggap penurunan kepercayaan diri pada remaja ini terlalu berlebihan. Kepercayaan diri mencerminkan suatu persepsi yang tidak selalui sesuai dengan kenyataannya. Bagi mereka yang mempunyai kepercayaan tinggi akan dianggap sebagai orang yang sombong. Karakteristik kontroversial yang dialami masa remaja sekarang adalah lebih narsistik daripada masa remaja zaman dahulu (Santrock, 2010).
·         Identitas
Perkembangan identitas ini sangat rumit dan terjadi secara berangsur-angsur. Erikson mengatakan bahwa identitas dan identitas yang membingungkan adalah tahap kelima dalam perkembangan manusia. James Marcia mengemukakan empat status identitas berdasarkan suatu krisis identitas dan tingkat komitmen yaitu identity diffusion (rendah dalam komitmen dan eksplorasi) , foreclosure (tinggi komitmen dan rendah eksplorasi), moratorium (rendah komitmen dan tinggi eksplorasi),dan achievement (tinggi dalam komitmen dan eksplorasi). Individu cenderung mengikuti siklus moratorium-achievement-moratorium-achievement (MAMA) dalam hidupnya. Di seluruh dunia, kelompok etnik minoritas akan mengalami kesulitan untuk mempertahankan identitas mereka pada kebudayaan mayoritas (Santrock, 2010).
·         Agama dan Perkembangan Spiritual
Banyak remaja yang menunjukkan rasa ketertarikan mereka pada agama dan perkembangan spiritual. Sebagai bagian dari pencarian jati diri mereka, banyak remaja dan orang dewasa mulai mencampurkan aspek kompleks agama. Aspek agama yang bermacam-macam akan berdampak positif pada perkembangan remaja (Santrock, 2010).

2.4.2 Keluarga
·         Pengawasan Orang Tua
Kunci utama dalam mengasuh remaja adalah selalu memantau perkembangan remaja secara efektif. Memantau disini termasuk dalam mengawasi pilihan remaja dalam memilih lingkungan sosialnya, aktivitas yang diikutinya, kelompok temann yang diikuti, dan perkembangan akademiknya. Remaja yang selalu memberi kabar kepada orang tuanya kemanapun ia pergi merupakan salah satu dampak positif pada perkembangan remaja (Santrock, 2010).
·         Otonomi dan Attachment
Pada umumnya, orang tua mengalami kesulitan dalam mengatur dorongan otonomi remaja, yaitu remaja cenderung ingin bersikap mandiri. Remaja tidak dapat begitu saja dilepas ke lingkungan yang jauh dari orang tua, karena remaja sangat perlu pengawasan orang tua dalam perkembangannya selama masa remaja. Attachment atau keterkaitan yang kuat antara remaja dan orang tua akan membuat remaja lebih social kompeten (Santrock, 2010).
·         Konflik Remaja dan Orang Tua
Konflik orang tua dan remaja meningkat saat masa remaja. Konflik sehari-hari yang mencirikan relasi antara orang tua dan remaja sebenarnya dapat berperan sebagai fungsi perkembangan positif. Perselisihan dan perundingan kecil ini akan memudahkan remaja melewati masa transisi yang awal mulanya bergantung pada orang tua menjadi seorang individu yang memiliki otonomi (Santrock, 2010).

2.4.3 Teman Sebaya
·         Pertemanan
Harry Stack Sullivan adalah seseorang yang sangat berpengaruh dengan teori nya yang membahas tentang pertemanan pada masa remaja. Dia mengatakan bahwa ada peningkatan pesat kepentingan psikologis dan keakraban dengan teman dekat pada masa remaja awal. Pertemanan menjadi hal yang sangat penting dalam kebutuhan social (Santrock, 2010).
·         Kelompok Teman Sebaya
Tekanan teman sebaya dan tuntutan konformitas pada masa remaja dapat bersifat positif maupun negative. Selama masa remaja awal, remaja lebih mengikuti standar-standar teman sebaya daripada yang kita lakukan pada masa kanak-kanak. Para peneliti menemukan bahwa pada kelas delapan dan Sembilan terjadi peningkatan konformitas dengan teman sebaya khususnya standar antisosial remaja. Relasi dengan kelompok teman sebaya dapat dikategorikan dalam satu dari tiga bentuk yaitu kelompok, klik, atau persahabatan individual. Kelompok merupakan kelompok-kelompok remaja terbesar dan kurang bersifat pribadi. Biasanya remaja tersebut berkumpul karena mempunyai minat yang sama, bukan karena mereka saling tertarik. Klik merupakan kelompo-kelompok yang lebih kecil, memiliki kedekatan yang lebih besar di antara anggota-anggota dan biasanya karena mereka memiliki kepribadian yang sesuai antara satu sama lain (Santrock, 2010).
·         Berkencan
Berkencan mengandung suatu makna tambahan selama masa remaja. Remaja perempuan memiliki keinginan yang lebih kuat untuk berkencan daripada laki-laki. Berkencan bagi remaja ialah suatu konteks di mana harapan-harapan peran yang berkaitan dengan gender meningkat. Laki-laki akan merasakan tekanan untuk tampi secara “maskulin” dan perempuan merasakan tekanan untuk tampil secara “feminine”. Khususnya pada awal remaja, ketika perubahan pubertas terjai, remaja laki-laki ingin memperlihatkan bahwa dia mungkin adalah laki-laki yang terbaik, dan begitu juga dengan remaja perempuan (Santrock, 2010).


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masa remaja merupakan masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang mengandung perubahan fisik, kognitif dan psikososial. Masa remaja dimulai pada usia  11 atau 12 sampai masa remaja akhir atau masa menuju dewasa awal dan pada masa tersebut membawa perubahan besar yang saling berkaitan dengan seluruh proses perkembangan. Pada masa ini, remaja akan mengalami perkembangan fisik yang berawal dari masa pubertas. Pada masa pubertas remaja akan mengalami kematangan seksual, pertumbuhan berat dan tinggi badan, perubahan hormone hingga perubahan pada bentuk tubuh. Selain itu remaja juga akan mengalami perkembangan kognitif, dimana seorang remaja akan melalui proses berpikir yang sudah menggunakan logika dan abstrak, mengalami egosentrisme remaja, bagaimana cara pengambilan keputusan dan berpikir kritis seorang remaja. selain perkembangan fisik dan kognitif, remaja juga akan mengalami perkembangan sosio-emosional yang berkaitan dengan dirinya sendiri, keluarga dan teman sebayanya.




DAFTAR PUSTAKA


Lahey, B. B. (2012). Psychology An Introduction. New York: McGraw-Hill.
Monks, D. F., & Knoers, D. (2014). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Papalia, D. E., & et al. (2011). Human Development ( Psikologi Perkembangan ). Jakarta: Kencana.
Santrock, J. W. (2010). Life-Span Development 13th ed. New York: McGraw--Hill.

 

 



Komentar

  1. oo gini perkembangan remaja ya, jadi tau deh, terus ngepost ya!

    BalasHapus
  2. Masa remaja adalah masa yang labil

    BalasHapus
  3. Sangat membantu dalam mengerjakan tugas. Bisa jadi referensi nih 👍

    BalasHapus
  4. Wah informasinya bisa dijadikan referensi saat mengerjakan tugas. Terima kasih😊

    BalasHapus
  5. Jadi semakin tau deh. Thankyou, Via!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aliran-Aliran Psikologi

Pengaruh Game Online Terhadap Perkembangan Psikologis Remaja